|
PENTINGNYA TIDUR CUKUP BAGI ANAK Kamis, 5 Januari 2017 Tidur adalah salah satu dari kebutuhan anak yang sama pentingnya dengan kebutuhan utama lainnya di dalam kehidupan seorang anak, seperti makan, minum, sandang, rasa aman, kasih sayang dan lainnya. Kebutuhan anak untuk tidur yang cukup tidak bisa dianggap remeh atau ditempatkan di urutan prioritas paling bawah mengingat proses apa yang terjadi ketika anak tidur dan apa dampaknya jika anak kurang tidur. Sayangnya, sengaja atau tidak sengaja, kita kerap mengabaikan kebutuhan anak yang satu ini karena terdesak oleh kesibukan orangtua, jadwal aktivitas anak yang padat dan berbagai alasan lainnya. Khususnya untuk anak-anak di kota besar, mungkin sudah lumrah kalau jam tidur malamnya mundur dan jam bangun paginya dimajukan supaya dapat berangkat pagi ke sekolah serta terhindar dari macet. Akibatnya anak tidak mendapatkan porsi tidur yang ia butuhkan. Selama berpraktek sebagai psikolog anak, saya sempat menerima beberapa kasus yang berlatar belakang anak mengalami kekurangan tidur. Ada anak yang dicurigai mengalami gangguan konsentrasi dalam belajar oleh gurunya di sekolah sedangkan yang lain ada yang dianggap mengalami gangguan emosional karena sering �uring-uringan� di sekolah. Usut punya usut, tidak ada gangguan perkembangan yang dialami anak-anak tersebut. Sederhana saja ternyata, mereka hanya kurang tidur. Kondisi tubuh yang lelah dan mengantuk memunculkan perilaku-perilaku yang membuat kesan seolah anak mengalami gangguan konsentrasi dan emosi. Semua perilaku berangsur menghilang ketika anak kembali mendapatkan haknya, yaitu tidur yang cukup.
Apa gunanya tidur? Untuk memahami mengapa anak butuh tidur yang cukup, kita perlu memahami dulu tentang tidur itu sendiri. Di dalam bukunya, Healthy Sleep Habits, Happy Child, Marc Weissbluth, MD., merumuskan fungsi dari tidur sebagai berikut: Sleep is the power source that keeps your mind alert and calm. Every night and at every nap, sleep recharges the brain's battery. Sleeping well increases brainpower just as weight lifting builds stronger muscles, because sleeping well increases your attention span and allows you to be physically relaxed and mentally alert at the same time. Then you are at your personal best. Marc lebih jauh melanjutkan bahwa tidur yang cukup membuat kita menjadi lebih waspada (alert) terhadap apa yang terjadi di lingkungan sekitar dan membuat rentang perhatian kita lebih panjang. Pada anak hal ini sangat berpengaruh pada proses belajar di sekolah dimana mereka harus memberikan perhatian penuh pada penjelasan dan tugas yang diberikan guru. Pada saat tidur, ada banyak juga proses fisiologis penting yang terjadi di dalam tubuh ketika tidur, antara lain:
Kekurangan tidur pada anak bisa membawa dampak yang cukup serius sebagaimana yang diungkapkan Marc dalam bukunya. Sleep problems not only disrupt a child's nights -- they disrupt his days, too, by making him less mentally alert, more inattentive, unable to concentrate, and easily distracted. They also make him more physically impulsive, hyperactive, or lazy. Berikut beberapa hasil penelitian di Amerika Serikat yang menggambarkan pengaruh tidur di dalam kehidupan anak (dikutip dari buku Healthy Sleep Habits, Happy Child dan On Becoming Baby Wise, oleh Gary Ezzo and Robert Bucknam, MD) :
Bagaimana tidur yang sehat? Tidur yang sehat membutuhkan durasi tidur yang cukup (berbeda untuk tiap tahapan usia anak), kualitas tidur yang baik, tidur siang dan jadwal tidur yang teratur sesuai dengan jam biologis anak. Berapa lama waktu yang dibutuhkan anak untuk tidur? Para ahli telah merumuskan durasi yang berbeda untuk berbagai usia anak, sebagai berikut: o Bayi (3 - 11 bulan) : 14 sampai 15 jam o Toddler 1 � 2 tahun: 12 sampai 14 jam o Prasekolah (2 - 6 tahun) ; 11 sampai 13 jam o Usia sekolah (mulai dari 6 tahun ke atas): 10 sampai 11 jam Kendati ada patokan durasi tersebut di atas, tetaplah perlu diingat bahwa setiap anak adalah unik. Mungkin saja ada perbedaan antar anak dalam lamanya tidur. Patokan durasi di atas adalah durasi yang diharapkan agar anak dapat tumbuh, berkembang dan berfungsi optimal dalam kehidupannya. Kualitas tidur juga sama pentingnya dengan kuantitas tidur bagi anak. Tidur yang tidak terganggu memungkinkan anak melewati semua tahapan tidur dari tidur yang dangkal sampai tidur yang lelap mendalam. Kualitas tidur ini penting peranannya dalam perkembangan sistim saraf anak. Tidur siang belakangan ini agak dinomorduakan kepentingannya karena tergeser oleh kesibukan anak dengan jadwal aktivitas lainnya. Padahal tidur siang tetaplah penting. Tidur siang memberikan kesempatan bagi anak untuk mengoptimalkan kembali fungsi tubuh dan mentalnya setelah lelah digunakan dari pagi. Setelah bangun dari tidur siang, anak akan kembali segar dan tidak mudah rewel. Hanya saja tidur siang tetap perlu diatur agar anak tidak terlalu lama tidurnya atau waktunya terlalu sore sehingga mengganggu tidur malamnya. Terakhir, tidur yang sehat membutuhkan jadwal teratur yang sesuai dengan jam biologis anak. Setiap harinya biasakan anak tidur pada waktu yang sama. Begitu pula dengan kegiatan lainnya seperti makan, mandi, bermain, belajar dan sebagainya. Sejak dini, anak memang sebaiknya dibiasakan untuk menjalani aktivitasnya secara rutin dan teratur waktunya sehingga akan menimbulkan rasa aman pada anak karena dia bisa tahu apa yang akan dijalaninya sehari-hari, selain menumbuhkan sikap disiplin sejak dini. Sesuaikanlah jadwal tidur dengan jam biologis anak yang dapat berbeda untuk setiap anak. Jam biologis anak juga berbeda dengan orang dewasa, termasuk orangtuanya. Ada anak yang baru bisa tidur jam 21.00 dan ada juga yang dari jam 19.00 sudah tidur. Amatlah bijak jika orangtua mau memahami jam biologis anak ini, seperti misalnya dengan tidak memaksakan membawa anak pergi ke pesta sampai larut malam yang melewati jam tidur anak. Berikut beberapa tip yang dapat digunakan dalam membuat tidur anak lebih nyaman:
Ingatlah, tidur bagi anak bukan sekedar istirahat, melainkan banyak proses tumbuh kembang terjadi dalam tidur anak yang menentukan fungsi tubuh dan mentalnya kelak.
Referensi: Vera Itabiliana K.H., Psi., Tanya Jawab Seputar Masalah Perilaku Anak, PT. Bhuana Ilmu Populer, 2006. |
|
|||